english | bahasa indonesia depan | pemerintah | pengusaha | pekerja | LSM | universitas

 

 

Yayasan Prakarsa Swadaya Masyarakat

Yayasan Prakarsa Swadaya Masyarakat (YPSM) adalah suatu organisasi non profit yang bergerak pada pengembangan berbasis masyarakat di Jawa Timur, yang didirikan oleh seorang bekas pelajar pada tahun 1988 dengan fokus perhatian pekerja anak pada sektor perkebunan. YPSM meningkatkan kapasitas organisasi dengan mengirim 6 orang dari staff YPSM untuk bergabung pada pelatihan DME pengimplementasian program aksi. Selanjutnya, 3 orang profesional dari YPSM bergabung dengan Training Tutors (TOT) dalam pendidikan nor-formal yang diadakan oleh BPKB di Malang.

YPSM mulai berkerjasama dengan IPEC sejak tahun 1992 sampai dengan tahun 1995. Sasaran pada kerjasama binneniun pertama adalah untuk mendirikan sebuah pusat pelatihan dan pendidikan untuk pekerja anak di sektor perkebunan (1992-1993). Pada kerjasama binnenium kedua, sasarannya adalah memberdayakan pekerja anak di sektor perkebunan melalui pelatihan dan pendidikan non formal. Selama kerjasama, 6 buah pusat pendidikan non formal telah didirikan di 6 desa di Jember (Jawa Timur); 228 anak-anak di bawah umur 15 tahun ikut berpartisipasi dalam program aksi melalui program pendidikan non formal dan pelatihan pra-kejuruan seperti menjahit dan kerajinan bambu. Peningkatan kesadaran mengenai hak-hak anak dan masalah pekerja anak diberikan kepada orang tua dan masyarakat melalui berbagai pertemuan, selebaran, dan buletin. Pemerintah lokal juga ikut terlibat.

Selama kerjasama, YPSM dinilai sukses dalam peningkatan kesadaran dilihat dari dampak program aksi yang jelas. Lebih dari jumlah anak yang ditargetkan mengikuti pendidikan non-formal dan pelatihan pra-kejuruan dan kebanyakan dari mereka mengikuti program dengan baik, walaupun mereka kelihatan lebih tertarik pada pelatihan keterampilan dan pendidikan dasar daripada membahas hak-hak anak dan analisa problem. Para orang tua juga cukup antusias mengenai penyediaan ketrampilan alternatif bagi anak-anak mereka, tetapi mereka tidak antusias untuk membahas keperluan yang dibutuhkan untuk pendidikan dasar dan hak anak lainnya. Mereka melihat keuntungan bagi anak-anak untuk mempunyai keterampilan agar mereka dapat mendapatkan uang.




kembali ke atas