english | bahasa indonesia home | program | akan datang | TBP | indonesia | dunia

 

 

 

 

 

 

 

Program-program IPEC yang berhasil di Indonesia

Di Indonesia, IPEC telah melaksanakan 67 Program Aksi, baik yang berskala kecil maupun besar, dan 26 program mini. Beberapa program tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik, sedangkan yang lainnya kurang berhasil. Diantara program yang berhasil:

Direktorat Pengembangan Masyarakat Desa, Departemen Dalam Negeri:
Penghapusan Pekerja anak sebagai bagian dari program pengentasan kemiskinan pemerintah

Ditujukan bagi keluarga yang paling miskin

Dari pengalaman IPEC, pengentasan kemiskinan tidak secara otomatis menghapuskan pekerja anak, maka diperlukan komponen khusus pekerja anak dalam program-program pengentasan kemiskinan. Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia meluncurkan program nasional secara besar-besaran untuk pengentasan kemiskinan (program IDT) yang meliput hampir 21,000 desa tertinggal di seluruh Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk membantu jutaan keluarga mendapatkan fasilitas kredit dan pekerjaan. Program ini telah diterapkan oleh salah satu departemen yang paling berpengaruh dan kuat, yaitu Departemen Dalam Negeri. IPEC mengawali program aksi penghapusan pekerja anak dengan cara menggabungkan program tersebut ke dalam program Departemen Dalam Negeri agar jangkauan dan dampaknya lebih besar. Kelompok yang menjadi sasaran adalah anak-anak yang datang dari keluarga miskin di daerah pedesaan di Indonesia.

Program Pelatihan dan Peningkatan Kesadaran untuk fasilitator

Proyek tersebut dimulai dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan menciptakan kepedulian pemerintah daerah dan para fasilitator, yang menangani program IDT di 6 propinsi yang ditentukan, agar mereka lebih peka terhadap masalah pekerja anak. Dalam pelatihan tersebut sekitar 240 fasilitator IDT dari 6 propinsi, mendapatkan materi-materi pelajaran berupa: informasi mengapa anak-anak tidak boleh dipekerjakan, resiko kerja bagi anak-anak, pentingnya pendidikan bagi anak-anak, dll.

Pemindahan dari tempat kerja dan beasiswa

Di akhir pelatihan, sebagai bagian dari program pelatihan, para fasilitator IDT harus mengidentifikasikan sekitar 300 pekerja anak dan memindahkan mereka dari tempat kerja mereka serta memberikan dukungan beasiswa sebagai percobaan. Dampak nyata yang terlihat adalah propinsi- propinsi yang ikut dalam program tersebut turut mengalokasikan lebih dari 3000 beasiswa untuk memindahkan anak-anak dari tempat kerja dan memasukkan mereka ke sekolah-sekolah formal yang tersedia.

Di akhir program, kegiatan ini dibukukan menjadi buku panduan bagi fasilitator IDT untuk mengenali dan menangani masalah pekerja anak.

Tindak lanjut program secara nasional

Kerja sama dengan Departemen Dalam Negeri memberikan hasil yang sangat memuaskan. Mereka menerbitkan surat edaran di tingkat pusat dan menginstruksikan kepada semua gubernur di 27 propinsi di Indonesia (pada waktu itu) dan kepada seluruh kepala kabupaten dan kecamatan untuk mengalokasikan dana lokal dalam jumlah yang cukup untuk mendukung program penghapusan pekerja anak di wilayah masing-masing. Hasil positif yang terlihat adalah dampaknya terhadap propinsi lain, terutama propinsi besar yang tidak termasuk dalam program juga telah mulai melaksanakan kegiatan yang sama. Program semacam ini masih terus dilaksanakan.

Yayasan Dinamika Indonesia:
Memindahkan Pekerja Anak dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir Bantar Gebang

Permasalahan

Di Indonesia, anak-anak pemulung sampah terdapat dalam komunitas ini. Mereka dibiarkan bekerja di lingkungan yang amat buruk dan tidak memadai. Dalam survai yang diadakan pada tahun 1997 di tempat pembuangan sampah di Bekasi, Jawa Barat, yang menjadi lokasi proyek ini, ditemukan 638 keluarga yang mencari nafkah dari mengumpulkan dan mengolah kembali sampah. Dalam kondisi yang amat mengenaskan itu mereka melakukan pekerjaan tetap mereka dan di sana juga mereka tinggal, setidaknya setengah dari mereka. Seringkali mereka tidak memperdulikan bahaya yang mengintai, Bagi penduduk miskin di daerah itu yang berpendapatan maksimum Rp. 15.000,- perminggu, dengan pindah ke lokasi pembuangan sampah tersebut mereka dapat meningkatkan pendapatan menjadi antara Rp. 65.000,- s/d Rp. 100.000,- Dan ini bagi mereka sudah merupakan suatu kemajuan.


Data dan bahaya yang mengancam

Dalam survei diidentifikaskan sekitar 423 anak berusia antara 7-15 tahun bekerja di lokasi pembuangan sampah. Mereka bekerja antara 5 sampai 12 jam per-hari dan beresiko tinggi terhadap kecelakaan a.l. tertabrak bulldozer dan truk sampah, atau terluka terkena benda tajam atau berkarat, seperti kecelakaan yang menyebabkan kematian tiga orang anak di lokasi ini tahun lalu. Anak-anak lain yang tidak bekerja di lokasi pembuangan sampah membantu di rumah memilah dan membersihkan barang-barang yang ditemukan dari sampah. Dari pemeriksaan kesehatan, terdeteksi bahwa banyak diantara mereka menderita penyakit seperti infeksi berat, anemia, ascariasis dan trichuriasis. Biasanya hanya sedikit dari mereka yang bersekolah.

Program Aksi langsung

Dengan dukungan IPEC, Yayasan Dinamika Indonesia yang sebelumnya bernama Yayasan Bintang Pancasila (YBP) menerapkan beberapa program aksi untuk membantu anak-anak yang menjadi pemulung sejak tahun 1993. Mereka dipindahkan dari lingkungan kerja tersebut dan diberi pendidikan non formal serta makanan tambahan. Dari 283 anak yang berhasil dijangkau, 171 diantaranya mendapatkan pendidikan non formal, 67 didaftarkan masuk sekolah formal, dan 55 dari mereka diberi kesempatan mengikuti pelatihan kerja. YDI membuktikan reputasinya sebagai LSM profesional dan terpercaya, dan saat ini semakin memperkuat posisi dan perannya di masyarakat dan menjalin kerja sama dengan pemerintah dalam mencari pemecahan yang berkesinambungan.


Pendekatan yang berkesinambungan

Mengupayakan agar anak-anak pemulung mendapatkan porsi dalam program kesejahteraan pemerintah, agar mereka tidak lagi tergantung kepada donor internasional untuk memenuhi
kesejahteraan mereka.

Program ini juga memusatkan upayanya untuk merubah sikap para orang tua dan masyarakat dengan cara membuat mereka
sadar akan bahaya yang mengancam terhadap kesehatan dan akan manfaat dari pendidikan untuk anak-anak mereka.

Lebih banyak anak menjadi pemulung setelah krisis

Krisis ekonomi telah menyeret lebih banyak lagi keluarga dan anak-anak masuk ke daerah pembuangan sampah. Hal ini memerlukan pemecahan yang berkesinambungan.

Keberhasilan
n Banyak anak yang bekerja di lokasi pembuangan sampah diberikan kesempatan untuk sekolah
n Banyak anak-anak yang berhenti menjadi pemulung atau mengurangi waktu kerjanya
n Program ini kesinambungan dan akan terus berjalan tanpa bantuan dana dari IPEC
n Banyak keluarga yang menyadari bahaya yang mengintai di balik pekerjaan di pembuangan

Yayasan Yatim Piatu Muhammadiyah Weleri:
Memberikan pelatihan kerja bagi anak-anak di perkampungan nelayan yang bekerja di berbagai sektor perikanan yang berbahaya

Kelompok sasaran

Program ini ditujukan bagi anak-anak berusia di bawah 15 tahun yang bekerja sebagai miang. Mereka biasanya anak laki-laki berusia antara 11-15 tahun. Dalam bekerja, mereka seringkali harus berhadapan dengan bahaya yang mengancam nyawa. Pekerjaan mereka antara lain memasang jaring di air pada malam hari tanpa menggunakan peralatan pengaman. Resiko terbanyak yang sering ditemui a.l. digigit ular laut berbisa, terjerat jaring, dan tertinggal kapal motor. Banyak diantara mereka tertarik dengan pekerjaan ini karena merupakan cara cepat mendapatkan uang. Mereka harus bekerja dua atau tiga hari untuk mendapatkan uang Rp. 3000.

Program ini juga ditujukan untuk pemindang, pekerjaan yang kebanyakan dilakukan anak perempuan berusia 10-15 tahun. Banyak dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan dasar, tetapi tidak melanjutkan. Beberapa diantaranya putus sekolah. Ketika bekerja, anak-anak perempuan tersebut harus duduk di lantai dan mengolah ikan asin tanpa menggunakan pelindung, dan ini berlangsung selama 8 jam setiap hari. Tidak mengherankan jika menemukan anak perempuan menderita iritasi kulit, bahkan beberapa mengalami luka. Untuk mendapatkan upah yang lebih besar, mereka harus mengasinkan 1000 ikan (satu ikan satu rupiah).

Program Aksi langsung

Anak-anak tersebut sulit diatur dan diarahkan. Sulit meyakinkan mereka dan mereka tidak peduli akan bahaya yang mengancam atau akan pentingnya pendidikan. Karena itu Muhammadiyah Weleri, karena pengaruhnya sebagai organisasi keagamaan, berhasil meyakinkan anak-anak tersebut untuk mengikuti pendidikan pra kerja. Semua anak dibekali arahan dari segi agama dan mental satu minggu sekali di samping diberikan makanan bergizi. Program ini juga menawarkan pendidikan lanjutan dasar Paket B.

Peningkatan kesadaran

Tidak adanya kesadaran di kalangan orang tua dan masyarakat di desa nelayan tersebut dapat diatasi dengan melibatkan penduduk setempat sebagai fasilitator lapangan dalam program ini dan menyelenggarakan lebih banyak pertemuan dan melakukan pembicaraan dengan para orang tua, masyarakat dan pemerintah setempat. Program ini mendapat dukungan dari pengusaha swasta dan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat. Departemen Pendidikan Nasional mendukung program pendidikan non formal melalui pelatihan bagi para tutor dan memberikan materi program pendidikan non formal. (Paket A dan B) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat membantu dengan cara menyediakan panduan pelatihan ketrampilan. Di samping itu sebuah perusahaan swasta nasional (ASTRA) memberikan dukungan dengan menyediakan pelatihan ketrampilan (otomotif) dan peralatan yang diperlukan.

Keberhasilan
n Muhammadiyah Waleri mempunyai cukup dana untuk melanjutkan program tanpa bantuan dana dari IPEC.
n Kerja sama antar institusi pemerintah yang terkait dan pengusaha swasta.
n Anak-anak mendapatkan kesempatan bersekolah dan mengikuti pelatihan kerja

Pembentukan JARAK:
Jaringan Kerja LSM untuk masalah Pekerja anak

Jaringan kerja

IPEC mendukung beberapa program untuk memperkuat posisi LSM dalam menangani pekerja anak. Salah satu programnya yang dilakukan bekerja sama dengan Lembaga Pengkajian Maysarakat dan Pembangunan (LPKP), mengawali dan memfasilitasi jaringan kerja LSM dan berbagai kegiatan termasuk pertemuan jaringan nasional (1998). Hasilnya, dibentuk Komite Eksekutif untuk melaksanakan program dan kegiatan jaringan yang disebut JARAK. Saat ini lebih dari 60 LSM dari propinsi utama di Indonesia menjadi anggota JARAK dan kegiatan mereka meliputi program pelatihan khusus, program pertukaran, seminar, dll.

Memperkuat LSM

IPEC mengembangkan suatu program lengkap yang dinamakan "Meningkatkan Kemampuan Merancang, Memantau dan Mengevaluasi (DME) program Pekerja anak". Program DME telah digunakan di Indonesia sejak tahun 1993 melalui Divisi Pelatihan Bina Swadaya. Dalam program tahap sebelumnya, penekanannya adalah pada penerjemahan buku panduan IPEC dan pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan daerah setempat, dan empat kursus diselenggarakan untuk melatih 80 staf LSM untuk memahami masalah Pekerja anak dan manajemen program. Selain itu Bina Swadaya menjalankan proyek percontohan yang dilaksanakan oleh organisasi yang dipilih setelah pelatihan.

JARAK dan Bina Swadaya, melaksanakan suatu program baru yang bertujuan:

n Melatih mitra kerja (yang berpotensi) untuk menangani pekerja anak di Indonesia bagian Timur.
n Mendirikan fasilitas pelayanan satu atap yang dilaksanakan oleh JARAK untuk organisasi-organisasi yang telah dilatih dan memerlukan pelayanan yang berkaitan dengan perancangan proyek dan penerapannya, serta informasi mengenai masalah pekerja anak, juga memberikan nasehat-nasehat mengenai sumber-sumber mobilisasi dan humas.

Keberhasilan
n Jaringan kerja ini semakin banyak mendapatkan simpati, dana dan banyak LSM berminat menjadi anggota.
n JARAK akan menjadi anggota Panitia Pengarah Nasional Pekerja Anak agar lebih dikenal oleh pejabat pemerintah.


kembali ke atas