Kajian Media
  Anak dan Playstation
  Anak dan Televisi
  Anak dan Komik
  Anak dan Iklan
   
 
 

 

Anak dan Playstation

Kepala Dinas P dan K Kabupaten Purworejo Soekoso DM BA mengusulkan, play station, arena ketangkasan dingdong, dan persewaan VCD segera ditertibkan, karena banyak siswa berseragam sekolah berada di arena permainan dan dingdong pada saat jam sekolah. Karena itu dia berharap Pemda segera mencari solusi terbaik, sehingga beberapa persoalan yang dikhawatirkan berdampak buruk terhadap anak sekolah itu akan diizinkan atau tidak. (Suara Merdeka, 19/5/00)

Juru bicara FPKB, Zaenal Mustafa, juga menekankan perlunya segera dibuat peraturan daerah tentang VCD, play station, dan dingdong. (Suara Merdeka, 19/5/00)
Puluhan mahasiswa berunjuk rasa ke gedung DPRD Kota Bogor, Selasa (26/9). Mereka menuntut ditutupnya semua bisnis penyewaan play station. Alasannya, banyak siswa membolos sekolah dan membohongi orangtua karena kecanduan permainan elektronik itu di lokasi penyewaan. (Pos Kota, 27/9/00)

Di Gunungkidul sejumlah orangtua murid dan tokoh masyarakat mulai melayangkan ancaman akan menutup usaha persewaan play station jika tetap nekad beroperasi pada jam sekolah dan membiarkan para pelajar bermain dengan masih mengenakan seragam. (Kedaulatan Rakyat, 2/5/00)

Menurut dr. Mugiyono, ahli penyakit mata bagian luar RSUD Dr. Soetomo, efek bermain play station akan membuat mata kelelahan saja, dan mereka yang menderita rabun dekat atau jauh bisa bertambah parah. Untuk menghindari komplikasi kelelahan pada mata itu perlu akomodasi. Maksudnya, tiap satu jam main play station harus istirahat lima menit. (Surabaya Post, 16/7/00)

Menurut Dekan Psikologi Unisba Dra. Makmurah Sri Rahayu, Msi, merebaknya play station di masyarakat merupakan dilema yang cukup berat bagi orangtua. Di satu sisi mereka ingin agar anak-anaknya senang, tapi dampak buruknya kegiatan belajar mereka menjadi terganggu. Selain memberikan batasan untuk bermain play station, orangtua juga disarankan untuk mengevaluasi jenis-jenis permainannya, baik di dalam rumah maupun saat anak bermain game di luar rumah. (Pikiran Rakyat, 8/6/00)

Menurut Ketua Umum Komnas PA Seto Mulyadi, para ibu mengalami kesulitan mengendalikan waktu anak-anaknya di rumah karena pengaruh rental terlalu dominan. Orangtua bisa saja memberikan pilihan permainan selain play station kepada anak-anaknya, tapi juga sangat tidak bijak jika orangtua mendominasi keputusan untuk menentukan permainan apa yang harus dimainkan si anak. Harus ada kesepakatan. Lewat kesepakatan ini, orangtua bisa mengontrol si anak agar tidak bermain terlalu berlebihan. (Republika, 16/7/00)

Heri H. Hasyim, anggota Media Ramah Keluarga (MARKA) dan Staf Pengajar UI menengarai adanya dampak positif dan negatif play station bagi perkembangan kejiwaan seorang anak. Negatifnya, kontak sosial menjadi lemah. Dampak positifnya, beberapa jenis permainan yang ditawarkan menuntut pemainnya untuk kreatif, berpikir cepat, dan jitu menyusun strategi. Untuk permainan olahraga, bisa menumbuhkan semangat berkompetisi yang sehat kepada anak-anak, karena play station tidak memungkinkan orang bertindak curang. (Republika, 16/7/00)

Psikolog dari Klinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Sardjito, Dra. Indria Laksmi Gamayanti mengatakan, latihan ketrampilan melalui play station tidak begitu besar. Permainan di play station sudah diprogram, sehingga anak kurang terstimulasi perkembangan kreatifitasnya. Di sisi lain, anak yang kecanduan play station sudah terbiasa dengan stimulasi yang bergerak, berwarna dan bercahaya serta bersuara. Akibatnya bila ada stimulasi lain yang intensitasnya lebih rendah, anak akan menjadi cuek. Anak yang cuek, mudah marah, cenderung egosentris, tidak sabaran dan sembrono, itu karena anak kurang bersosialisasi. Dan kecanduan play station bisa membuat anak menjadi cuek, akibat sosialisasi yang kurang. Selain itu, sinar elektromagnetik dari layar play station yang cukup lebar, bila terpancar terus menerus sangat berpengaruh terhadap kesehatan mata. Bila ini dibiarkan terus menerus, anak akan mengalami gangguan pemusatan perhatian. (Kedaulatan Rakyat, tanpa tanggal)

Psikolog Sosial Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono menyatakan, tidak ada yang berwenang menutup play station. Tapi mungkin bisa dengan menuntut pihak pengelola rental menerapkan aturan. Pemerintah sudah terlalu pusing dengan sedemikian banyak persoalan, jadi masyarakat yang harus bisa mengatur diri. Kekhawatiran berlebih juga tidak perlu, sebab seperti permainan-permainan lain, play station pun akan habis masanya. Yang terpenting adalah bagaimana menciptakan suasana menyenangkan di rumah, dan jangan menyalahkan pihak lain. (Republika, 16/7/00)