english | bahasa indonesia depan | pekerja anak | bentuk terburuk

 

 

 

 

 

 


Pekerja Anak di Sektor Pertanian

Banyak orang hanya tahu pekerja anak di kota-kota misalnya di sektor formal (di pabrik atau di industri); sektor informal (di jalan, di rumah tinggal dll.) Tetapi ternyata pekerja anak lebih banyak ditemukan di pedesaan. Jumlah mereka di seluruh dunia, termasuk Indonesia sekitar 70% dari total pekerja anak yang ada. Sebagian besar dari mereka bekerja pada pertanian milik keluarga.

Salah satu jenis pekerjaan yang berbahaya

Para ahli kesehatan dan keselamatan kerja berpendapat bahwa bidang pertanian merupakan salah satu diantara pekerjaan yang paling berbahaya. Bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan pekerja anak tersebut termasuk:
nCuaca yang ekstrim: terik matahari, hujan atau dingin
n Pekerjaan yang terlalu berat untuk badan anak kecil.
n Kecelakaan kerja seperti terpotong benda tajam.
n Penggunaan bahan kimia beracun
n Penggunaan peralatan modern yang biasanya tidak dilengkapi dengan alat pengaman.
nKontak langsung dengan debu organik.
n Jam kerja yang sangat panjang.

Buruknya akses untuk mendapatkan fasilitas kesehatan dan pendidikan

Di banyak negara, gangguan dan resiko buruknya kesehatan semakin menumpuk karena buruknya akses untuk mendapatkan fasilitas kesehatan dan pendidikan, buruknya sarana perumahan dan sanitasi, serta asupan makanan yang tidak memadai bagi pekerja di pedesaan. Angka pendaftaran sekolah dasar untuk pekerja anak seringkali lebih rendah. Bahkan kalaupun mereka bersekolah, jam kerja yang panjang terlalu melelahkan mereka sehingga studi mereka menjadi terbengkalai.

Perlindungan hukum

Pekerja tani, misalnya di perkebunan sama sekali tidak mendapatkan hak-hak sebagai pekerja. Mereka bekerja 7 jam sehari tanpa cuti. Biasanya mereka dibayar berdasarkan banyaknya daun yang berhasil dipetik atau getah yang disadap. Biasanya anak-anak tersebut dipekerjakan untuk membantu orang tuanya memenuhi target harian, dan tidak terdaftar sebagai pekerja.

Jarang dilakukan pemeriksaan terhadap pekerja anak di perkebunan karena :
nAnak-anak di tempat kerja tersebut seringkali bersama keluarganya.
n Daerah perkebunan secara geografis cukup tersembunyi.

Anak - anak yang bekerja sebagai pekerja tani di Indonesia

Banyak anak membantu orang tuanya dalam bisnis pertanian keluarga. Sepanjang pekerjaan tersebut tidak membahayakan dan tidak memakan waktu lama, pekerja anak yang berusia di bawah 15 tahun bisa bekerja dalam waktu singkat sehingga bisa bersekolah, hal itu tidak jadi masalah. Tetapi mereka banyak yang dimanfaatkan sebagai aset ekonomis oleh orang tuanya, mereka harus bekerja dalam waktu yang panjang, harus mengangkat beban berat, menyemprotkan pestisida dll, sehingga pendidikan mereka terganggu, serta seringkali membuat mereka putus sekolah.

Bentuk lain anak membantu selain mereka membantu orang tua adalah sebagai buruh tani dalam industri pertanian seperti perkebunan.


LSM bekerja sama dengan para pemuka agama untuk membebaskan pekerja anak dari perkebunan

Di perkebunan karet, kopi dan tembakau di Jawa Timur, banyak pekerja anak membantu orang tuanya untuk mencapai target harian atau mendapatkan uang tambahan. Di perkebunan karet, anak-anak bekerja dari malam hari sampai pagi buta untuk menyadap getah karet. Kebanyakan mereka putus sekolah dasar atau tidak lagi melanjutkan pendidikan setelah lulus sekolah dasar. Dengan dukungan dari IPEC, Yayasan Paramitra di Malang, Jawa Timur, memerangi pekerja anak di perkebunan di Jawa Timur. Karena daerah tersebut amat taat beribadah dan penduduknya patuh kepada pemuka agama mereka, yaitu Kyai, maka Paramitra melibatkan para Kyai dalam programnya. Para orang tua diyakinkan akan pentingnya pendidikan, sehingga dicapai kesepakatan untuk mengirimkan anak-anak mereka bersekolah setidaknya 3 kali seminggu. Di samping Pesantren, direncanakan akan dibangun gedung sekolah untuk menyediakan pendidikan non formal dan pelatihan kerja bagi anak-anak tersebut.

kembali ke atas