Pembantu Rumah
Tangga Anak
Seringkali Diperlakukan Tidak Layak
Anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga
adalah salah satu di antara pekerjaan yang paling rentan dan terkesploitasi,
serta paling sulit untuk dijangkau untuk diberi perlindungan.
Mereka adalah pekerja yang "tidak terlihat",
yaitu tersembunyi dan terabaikan berasal dari keluarga yang sangat
miskin; dengan orang tua tunggal atau ditelantarkan orang tuanya
atau anak yatim piatu.
Berapa jumlah anak yang menjadi pembantu rumah
tangga?
Jumlah persisnya sukar dipastikan, karena:
nPekerjaannya tersembunyi di rumah
tangga.
n Ditempatkan terpisah dari rumah
tangga majikan.
n Pengaturan kerja tidak resmi (tidak
ada kontrak atau pendataan).
Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa pemanfaatan
anak sebagai pembantu rumah tangga ini banyak sekali terjadi di
dunia. Sementara itu di Indonesia sendiri tidak pernah dilakukan
survei statistik yang menyeluruh mengenai masalah ini. Data resmi
yang didapatkan dari Survei Nasional mengenai Ketenagakerjaan 1999
menunjukkan bahwa 199.860 anak-anak berusia antara 10 - 18 tahun
bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Tetapi diperkirakan sesungguhnya
terdapat sekitar 5 juta anak di bawah usia 18 tahun yang bekerja
sebagai pembantu rumah tangga. Angka ini bahkan mungkin bertambah
sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas
Atmajaya pada tahun 1994 ditemukan bahwa 30% pembantu rumah tangga
berusia di bawah 15 tahun, dan sekitar 50% dari mereka berusia di
bawah 18 tahun.
Kondisi kerja
Kondisi kerja anak-anak yang menjadi pembantu rumah
tangga tersebut amat memprihatinkan. Di Indonesia, banyak diantara
mereka yang terisolasi 15 jam sehari, tidak dibayar teratur karena
tempat tinggal dan makan dianggap bagian dari kompensasi yang didapatkan.
Mereka diberi pekerjaan seperti mengangkut beban berat, yang di
luar kemampuan mereka, dan bertanggung jawab menjaga anak majikannya,
padahal mereka sendiri masih anak-anak. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa pembantu rumah tangga berpotensi mengalami kekerasan secara
fisik, emosional dan seksual.
Dalam beberapa kasus, anak-anak sebagai pembantu
rumah tangga seringkali diserahkan sendiri oleh orang tuanya kepada
sang majikan (terkadang masih keluarga jauh) untuk dibesarkan. Mereka
menjadi tergantung penuh kepada majikannya dalam hal makanan, pakaian
dan tempat tinggal sehingga kehilangan kebebasan. Kadangkala jika
majikannya tidak lagi memerlukan tenaga mereka atau tidak puas dengan
pekerjaan mereka, si anak dikeluarkan begitu saja.
Jika mereka mendapat upah, jumlahnya jauh di bawah
upah pembantu rumah tangga dewasa, yaitu sekitar 100.000 dan 150.000
per bulan.
Faktor
penawaran (supply)
Faktor
permintaan (demand)
Amat membutuhkan
uang
Upah rendah
Pekerjaan
yang diberikan tampaknya ringan dan tidak terlalu sulit dibandingkan
bila bekerja di bangunan atau pertanian
Lebih patuh
dan mudah di "didik" untuk menerima aturan-aturan
yang diberikan
Ada jaminan
pendapatan yang teratur
Perusahaan tempat si anak bekerja
Orang
tua memandang pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga sebagai
peluang bagi anak perempuan untuk mendapatkan ketrampilan dan
peluang yang lebih baik
Satu cara untuk
membantu keluarga miskin dan terlihat murah hati
Akses
untuk mendapatkan lebih banyak peluang
Pembantu
rumah tangga anak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak cocok
dilakukan oleh orang-orang dewasa
Pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga tidak memerlukan pendidikan
formal yang tinggi
Bagaimana menjangkau dan membantu anak - anak
yang menjadi pembantu rumah tangga ?
Di Indonesia belum ada program yang ditujukan untuk
pembantu rumah tangga di bawah umur. Saat ini IPEC menjadikan mereka
sebagai prioritas utama. Diharapkan tahun depan dapat dimulai program
yang besar untuk menjangkau mereka. Berdasarkan pengalaman di negara-negara
lain, intervensi yang mungkin dilakukan adalah:
nPendidikan: karena
anak putus sekolah adalah calon utama untuk menjadi pembantu rumah
tangga, harus diupayakan untuk mendorong mereka tetap sekolah. Dalam
program bimbingan karir di sekolah dapat digugah kesadaran mereka
akan hak-hak mereka dan bagaimana mereka bisa mencari bantuan untuk
melepaskan diri dari situasi tersebut.
nKampanye resmi:
melakukan pembicaraan untuk gerakan perlindungan nasional atau regional.
nMeningkatkan kesadaran:
melakukan kampanye publikasi untuk:
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah ini dan menentang
pandangan tradisional bahwa pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga
merupakan pekerjaan terbaik bagi anak-anak perempuan
- Memberikan informasi yang memadai kepada anak-anak itu sendiri.
- Meningkatkan kesadaran pemerintah dan pemuka masyarakat.
nProgram Aksi langsung
seperti menyediakan bantuan hukum, panduan tentang bagaimana berunding
dengan majikan agar memberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan,
menyediakan jasa konsultasi, menyediakan tempat mengisi waktu luang,
atau perlindungan dari kekerasan.
nTindakan pencegahan
melalui peningkatan kesadaran, aktivitas-aktivitas alternatif untuk
meningkatkan pendapatan