Hubungan Merokok dengan Keguguran
Sudah banyak diketahui oleh para ahli mengenai tembakau
yang menyebabkan kerusakan pada janin dalam kandungan. Saat ini
ditemukan adanya indikasi yang kuat antara merokok dengan meningkatnya
resiko keguguran. Menurut Dr. Roberta Ness dari University of Pittsburg
Graduate School of Public Health yang juga seorang pemimpin penelitian
yang baru saja di terbitkan oleh New England Journal of Medicine,
menemukan adanya hubungan antara penggunaan kokain dengan keguguran,
atau yang disebut dalam istilah kedokteran keguguran spontan.
Penelitian mengenai hubungan antara penyalahgunaan
obat-obatan dan keguguran sulit untuk dilaksanakan karena adanya
pemikiran bahwa wanita-wanita yang menjadi responden tidak akan
dengan mudah mengakui tentang penggunaan obat-obatan terlarang atau
takut kalau ada konsekuensi legal di masa mendatang. Demikian juga,
wanita-wanita yang menggunakan obat-obatan terlarang tersebut seringkali
memiliki nutrisi yang rendah, berasal dari kelas sosial ekonomi
yang rendah, dan jarang memeriksakan diri ke puskesmas. Faktor-faktor
tadi untuk mempengaruhi besarnya resiko keguguran.
Dalam studi baru ini dipergunakan pendekatan yang
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu dengan mensurvey
wanita-wanita yang berusia antara 14 - 40 tahun yang mendapat perawatan
di bagian gawat darurat dalam kota di Philadelphia dan mempunyai
hasil tes kehamilan yang positif. Mereka kemudian disurvey mengenai
kebiasaan merokok dan penggunaan obat-obatan dan juga dari sampel
rambut dan urine yang dikirimkan ke laboratorium untuk ditest penggunaan
tembakau dan kokain. Responden tersebut diteliti sampai mereka mengalami
keguguran spontan, sampai usia kehamilan 5 bulanan. "Dalam
kelompok ini, kemungkinan dalam pelayanan kesehatannya tidak terlalu
baik, dalam konteks ini, baik kokain maupun tembakau yang digunakan
kelihatannya punya beberapa akibat" kata Ness. "Kami mencatat
bahwa 24% kejadian keguguran spontan dari kelompok ini diakibatkan
oleh penggunaan obat-obatan terlarang" Para peneliti menemukan
bahwa merokok meningkatkan resiko kegugur an hingga 80%. "Isu
mengenai tembakau memang menjadi masalah utama bagi kesehatan wanita"
Kata Ness.
Penemuan awal dari penelitian ini di Magee-Womens
Hospital mengindikasikan bahwa wanita muda yang merokok memiliki
peringkat yang sangat tinggi. "Sekitar 50% wanita yang akan
hamil itu perokok" Penggunaan tembakau juga dikaitkan dengan
berat bayi lahir rendah dan pertumbuhan di rahim yang terhambat,
ditambahkan oleh Ness. Menurut tulisan editorial dari studi Philadelphia
ini, angka kejadian antara kokain dengan keguguran lebih mengkhawatirkan.
Mengetahui secara positif penggunaan obat-obatan melalui tes uji
rambut, dapat menunjukkan indikasi adanya paparan yang sudah lama,
memperlihatkan adanya hubungan.
Bagaimanapun juga, tes urine untuk memperlihatkan
penggunaan obat-obatan saat ini, tidak memperlihat kan adanya hubungan.
"Data baru itu memperlihatkan peranan dari kokain, jika ada
itupun hanya rata-rata saja" tulis Dr. james L. Mills dari
national Institute of Child Health and Human Development. Para ahli
mengatakan bahwa 15% dari kehamilan yang diketahui kemudian berakhir
dengan keguguran, tapi pada angka sesungguhnya kemungkinannya lebih
tinggi. Banyak wanita, yang tidak menyadari bahwa dirinya hamil,
mengira bahwa keguguran yang dialaminya itu hanya merupakan keterlambatan
menstruasi. "Ini merupakan keluaran umum dari kehamilan yang
kurang baik", kata Ness. Sekitar 1200 wanita yang diteliti,
400 diantaranya mengalami keguguran. Nilai itu lebih tinggi daripada
yang diperkirakan karena studi ini mencakup juga wanita yang datang
ke ruang gawat darurat dalam keadaan keguguran.
Jika mereka tidak dihitungkan, maka sekitar 15% angka
keguguran, jelas Ness. Ia juga memeriksa beberapa faktor lain seperti
usia, jumlah kehamilan sebelumnya, tingkat pendidikan, tapi tidak
ditemukan adanya perbedaan yang berarti antara wanita yang mengalami
keguguran dengan yang tidak. Penggunaan mariyuana juga diteliti,
tapi seperti juga penelitian sebelumnya, tidak ditemukan adanya
akibat terhadap angka keguguran.
(disadur bebas dari tulisan Anita Srikameswaran, Post-Gazette Staff
Writer, 4 Feb 1999)
|
|