arsip | wedsite | other blog | kirim sms

30.8.03  

hari ini ngga kemana-mana. ngga liqo juga. huhuhuh. dah lama nih. gimana ya. oh iya, anaknya rully tulang hakim meninggal kemarin. masih bayi, karena ada kelainan di livernya. innalilllahi.

akhirnya aku cuma nulis buat saksi. nih dia tulisannya.

Batu

Suatu ketika, hiduplah seorang ahli batu yang sangat terkenal di China. Hasil karyanya tersohor di segenap penjuru negeri. Hasil karyanya telah digunakan oleh banyak bangsawan. Batu-batu permata dan intan yang berkilauan itu, di pajang menjadi perhiasan jemari dan kaki para raja. Koleksi batu miliknya sangat banyak, hampir semua batu indah di dunia ini, pernah dihias oleh tangannya. Giok, rubi, dan safir, tersebar di segenap sudut-sudut rumahnya.

Namun, sang ahli sudah sangat tua. Kini, ia berusaha mencari pengganti dan penerus karya-karyanya. Belasan orang yang berusaha berguru, tetapi tak ada yang cocok buat pekerjaan itu. Hingga akhirnya ia menemukan seorang pemuda yang tampak bersemangat, dan bersedia menjalani ujian sebelum ia menjadi ahli permata. Di undangnya anak muda itu ke rumahnya, untuk menguji tekad sang anak muda.

"Anak muda, ujian pertama dari ku tidaklah sulit." Tampak sang ahli membuka pembicaraan, "Mudah saja. Begini, jika kamu mampu mengambil batu dalam genggamanku, maka kamu layak mewarisi semua ilmuku. Namun, jika tanganku yang lebih cepat menutup, maka kamu harus mengulang ujian itu besok." Anak muda itu mendengarkan dengan seksama. Ia mengangguk pelan, "Baiklah, itu pekerjaan mudah."

Ujian itu pun dimulai. Sang ahli, meletakkan sebuah batu di atas genggaman. Disodorkannya ke arah muka si anak muda. "Ayo, ambil". Hap. Tampak kedua tangan yang adu bersicepat. Bergegas, sang anak muda berusaha meraih batu dalam gengaman itu. Ah, namun dia kalah sigap. Tangan sang ahli telah lebih dulu menutup. "Kamu belum berhasil anak muda. Cobalah besok." Sang anak muda tampak kecewa. Dia pun pulang dengan tangan hampa.

Keesokan harinya, anak muda itu kembali mencoba. Berlangsunglah kembali prosesi ujian itu. Tetapi, lagi-lagi dia gagal. Gerakannya masih terlalu lambat. Ia pun harus kembali mengulang ujian itu. Dua, tiga hari dilaluinya, namun ia masih belum berhasil. Sembilan hari telah terlewati, tapi batu itu masih belum berpindah tangan. Pemuda itu mulai tampak putus asa, dan dia berjanji, kalau besok masih belum berhasil meraih batu itu, dia akan berhenti dan tak mau menjadi ahli permata.

Hari penantian itupun tiba. Keduanya telah duduk berhadapan. Sang ahli bertanya, "Kamu sudah siap?" Pertanyaan itu dijawab perlahan. Sang ahli meletakkan sebongkah batu di atas gengamannya. Namun, tiba-tiba anak muda itu berteriak, "hei, tunggu dulu. Itu bukan batu yang biasa kita gunakan!" Alih-alih meraih batu itu, sang anak muda malah menanyakan tentang batu. Wajah keheranan itu dibalas dengan senyuman dari sang ahli batu. "Anak muda, kamu lulus ujian pertama dariku. Selamat"

***

Hidup di dunia, kadangkala seperti pertunjukan sulap. Apa yang ada di depan mata, seringkali bukan yang apa yang kita dapatkan. Harapan yang kita inginkan, acapkali meleset dengan kenyataan di hadapan. Banyak yang tertipu, banyak pula yang salah duga dan salah kira. Sebab memang disana penuh dengan kepalsuan.

Teman, sering kita mendengar istilah, siapa cepat dia dapat. Kita pun terpacu untuk sepakat dengan perkataan itu. Kemudian, segalanya berubah menjadi begitu bergegas. Adu cepat dan adu sigap. Namun, adakah yang tercepat selalu yang jadi pemenang? Kadangkala jawabannya tidak semudah itu. Saya percaya, tak selamanya kita memaknai hidup ini dengan cara-cara seperti itu. Ada kalanya kita perlu untuk bertanya kepada hati tentang tentang makna hidup yang sebenarnya. Setidaknya, kali ini saya percaya, mereka yang cermat lah yang akan memenangkan pertarungan hidup. Mereka-mereka yang belajar tentang ketelitianlah yang lulus dari ujian kehidupan. Tak selamanya si cepat adalah si juara.

Ujian hidup, seringkali serupa dengan ujian sang ahli batu. Awalnya kita mengira, kita bisa memenangkan ujian itu dengan mengambil bongkah batu itu secepat mungkin. Sejak semula, kita menduga bahwa tangan yang menariklah yang akan membawa kita kepada kemenangan. Ya, awalnya kita akan mengira, kita akan bisa senang dalam hidup jika kita mendapatkan dengan cepat semua keindahan dunia itu. Kita, misalnya saja, akan bahagia jika semua kekayaan dan kemewahan dunia telah menjadi milik kita.

Teman, percayalah. Atau setidaknya, belajarlah untuk percaya, bahwa pemenang ujian kehidupan itu adalah orang-orang yang teliti. Orang-orang yang cermatlah yang akan keluar menjadi juara. Kepada mereka kita akan belajar tentang ketekunan untuk memperhatikan, pada merekalah kita akan bersungguh-sungguh memaknai tentang arti ketekunan. Telitilah memaknai hidup teman, sebab bisa jadi kita akan merasa bangga dengan pilihan itu.

Mungkin suatu saat, kita akan berani berkata, "anda keliru tuan", kepada orang yang menyebut peribahasa siapa cepat dia dapat.


Irfan Toni H | 7:40 PM |


29.8.03  

skripsi selesai. hari ini deadline buat semua angkatan 97. untung aku dah serahin kemarin. tapi masih belum tahu kapan sidangnya. huhuhuh. kasihan sholihahku.

oiya, kemarin aku dan sholihah ku ke rs muhamadiyah di taman puring buat periksa. hehehe...di usg juga, dan keliatan bayinya lagi gerak-gerak. lucu deh. lincah dan loncat-loncatan gitu. hmm...aku mau jadi ayah. :) alhamdulillah.

Irfan Toni H | 11:06 AM |


27.8.03  

Small World Experiment

Ini eksperimen dari orang Indonesia. keren juga. baru aja dibahas banyak media besar. ceritanya tentang ada 6 derajat yang bisa menghubungkan orang-orang seluruh dunia. hehehe..dan bisa jadi cuma ada maksimal 10 derajat yang membuat kita terhubung dengan orang lain.

hmmm...bener nga ya?

Irfan Toni H | 4:20 PM |


26.8.03  

capek. capek banget.masih ada di kantor aja. tinggal3 hari lagi. hmmm.

Irfan Toni H | 5:47 PM |