arsip | wedsite | other blog | kirim sms

16.8.03  

Kerang

Suatu ketika, seekor anak kerang datang kepada ibunya dengan menangis. Cangkangnya mengatup, memperlihatkan permukaan garis-garis ulir yang melingkar. Agaknya ia menahan sakit. Air matanya keluar, merembes pada jalur-jalur berliku permukaan cangkang miliknya. Sang Ibu tampak bingung dengan keadaan anaknya ini, dan bertanya, “mengapa menangis? Ada apa dengan tubuhmu?” Di dekatinya cangkang anak kerang itu, disentuhnya dengan sisi cangkang miliknya yang terbuka. Sang ibu tampak ingin memeluk sang anak.

Si kerang kecil kembali menangis. Terdengar suara tertahan, “Ibu, tubuhku dimasuki sebutir pasir. Rasanya sakit sekali.” Kerang kecil itu meneruskan, “aku tak mampu menahannya, pasir itu masuk ke cangkangku.” Sang ibu yang merasa kasihan lalu bertanya, “apa yang bisa ibu lakukan?” Si kecil menjawab, “Tolonglah bu, tolong buka cangkangku, aku tak mampu membukanya. Rasanya sakit sekali…” Suara itu terdengar lirih. Akan tetapi, sayang sekali tampaknya sang Ibu tak dapat memenuhi permintaan sang anak. “Maaf nak, aku ingin sekali membantumu. Tapi kita bangsa kerang, diciptakan tak punya tangan.” Sang Ibu melanjutkan, “Bertahanlah Nak. Sakit itu pasti akan hilang.”

Berhari-hari lamanya si kerang kecil menahan sakit. Pasir tajam yang masuk begitu menyiksa tubuhnya. Nyeri dan pedih dirasakan si kerang, seakan pasir itu mengiris tubuhnya. Setiap hari pula sang kerang menangis, membuat air matanya menelusup ke dalam tubuh. Setiap hari pula ia berdoa agar dapat terlepas dari derita semacam ini. Ia berharap agar pasir itu dapat tercabut, dan terangkat dari dalam tubuhnya. Namun, doa itu belum terkabul. Bertahun-tahun lamanya si kecil menangis, namun cangkang itu juga tak terbuka. Pasir yang ada di dalamnya pun semakin mengeras, membesar menjadi sebuah batu yang mengkristal.

Di tengah keputusasan itu, si kerang kecil masih terus berdoa agar dibebaskan dari beban derita hidupnya. Ia bersembunyi dibalik serumpun koral. Dalam lirih terdengar doa si kerang, “Ya Tuhan, aku sudah tak tahan. Pasir ini begitu menyakitkan. Mengapa Engkau tidak adil?” Tiba-tiba, ada seorang penyelam yang datang. Ia lalu menjumput kerang itu dari karang, dan membawanya ke permukaan. “Hei lihat, aku temukan kerang mutiara disini!” Teriaknya melengking, memberitahu temannya di atas perahu.

Kedua orang itu segera merapat. Salah seorang diantaranya mengambil pisau, dan mencungkil salah satu cangkang. Tampak cahaya yang berkilau dari dalam. Sebutir mutiara, tampak menempel disana. Refleksi air laut dan cahaya matahari, membuat mutiara itu kembali berpendar. Begitu indah, membuat kedua penyelam itu tersenyum. “Terima kasih Tuhan atas berkah ini. Keluarga kita dirumah pasti akan senang.” Penantian sang kerang kecil berakhir. Pasir yang mulanya tampak menyakitkan itu, kini berubah menjadi mutiara yang indah. Sang kerang kecil itu, kini lebih berharga dibanding tiram-tiram lain yang hanya dapat diambil dagingnya. Mutiara yang dimiliknya lebih dicari orang, dan dipajang dalam etalase-etalase mahal. Kilaunya menjadi perhiasan raja-raja, untaiannya menjadi simbol keagungan para bangsawan.

***

Penantian, kadangkala adalah suatu pekerjaan yang menjemukan. Apalagi, dalam penantian itu, kita berada dalam kondisi yang menderita. Penantian hidup, dalam kesengsaraan, rasa risau, serba tak cukup mungkin bukan pilihan setiap orang. Banyak orang yang kemudian berputus asa. Banyak pula diantara mereka yang memilih untuk mengutuk Sang Pencipta. Akhirnya banyak yang hilang harapan, beberapa diantaranya hanya menyesali nasib.

Penantian bagi sang kerang, untuk merubah pasir menjadi mutiara bisa jadi hal yang sangat menyiksa. Sebab, sang kerang tak tahu, kapan cobaan itu akan berakhir. Masa yang panjang dalam ketidakpastian, menambah kegelisahan hewan laut itu. Namun dari sana kita belajar satu hal, bahwa untuk mencapai suatu keagungan, perlu waktu dan perlu kesabaran. Untuk menjadi hiasan bagi raja-raja dan bangsawan, sang kerang mutiara butuh malam-malam penuh doa dan tangisan. Hewan itu juga melewati hari-hari penuh cobaan dan kesusahan. Tangis dan airmata miliknya menjadi ramuan mujarab yang menjadikan pasir menjadi mutiara.

Teman, tidakkah kisah ini mengabarkan sesuatu buat kita? Ada banyak tiram-tiram di lautan yang hidup. Ada banyak pula kerang-kerang yang terhampar di tepi pantai. Yang manakah yang dicari orang? Tiram dengan cangkang kosong, atau kerang dengan mutiara di dalamnya? Yang manakah yang akan dipilih menjadi hiasan kalung, dan menyandingkannya dengan permata? Kita mungkin telah tahu jawabannya. Namun, butuh apa untuk menjadikan itu semua? Kesabaran, ketegaran, kegigihan, dan doa.

Manakah kelak yang menjadi pilihan hidup kita? Menjadi kerang dengan mutiara di yang berharga mahal? Atau kah menjadi tiram yang dijual murah di pasar-pasar? Saya percaya, setiap pilihan akan punya resiko. Tak ada yang tahu memang, sampai kapan cobaan “pasir” yang kita jalani akan menjadi “mutiara” kelak. Tak ada yang tahu teman. Hanya mereka yang sabar dan gigih lah yang kelak akan tahu jawabannya.

Irfan Toni H | 4:51 PM |
 

capek. aku sedih.

Irfan Toni H | 4:14 PM |


15.8.03  

huaddduh. sampe skr masih belum selesai juga. huhuhuhuhuhu. ini beneran nangis. wadduh, gimana ya? seharusnya kemarin dah selsai. skr jadi numpuk. mau nulis mampet. mau makan, males keluar. mau ngapa-ngapain juga bingung mana duluan yang mau dikerjain. mau upload, lemotnya kebangetan banget.

ada yang gratis nga sih? minta tolont dong, ada web nyang gratis dimana ya? huhuhu. gimana dong? mau masang weblog di www.polarhome.com, ngga bisa juga. skripssi. tinggal 2 minggu lagi. waddduh. pusing. pusing.

Irfan Toni H | 3:29 PM |


14.8.03  

sholihahku kalau ini bisa keliatan, wah keren juga nih. eh bisa lho, dan bisa keliatan. tapi jadi ngacakin layoutnya juga. kecuali kalau udah dibanyakin teksnya. huhuhu. lumayan deh. bisa upload poto juga.

Irfan Toni H | 2:48 PM |
 

huhuhu, nyoba pake wbloggar keren juga nih. tapi kok nga bisa upload file sih ya? huhuhuhu. kenapa sih, aku make huhuhu terus? ini pasti gara-gara anak-anak mbdc hehehe, abis lucu juga sih. :)

disini lagi repot kayaknya ya? abis meeting kok malah jadi lebih repot? hua, saya ngantuk banget. akhirnya diambillah secangkir kopi untuk menghilangkan kantuk ini. huhuhu. alhamdulillah. bisa sedikit terobati. kopi pake cream, kayaknya lebih enak daripada kopi item. :)

Irfan Toni H | 10:50 AM |


13.8.03  

hua, air mati kembali. orang sibuk banget buat ambilin air. alhamdulillah, orang di mesjid baik, namanya pak ali. dia bilang, jangan minta ke dia, minta ke Allah, sebab dia cuma jaga tanah wakaf ini. :) nice words. huhuhuhu. pas lagi ambil air, ada beberapa ibu-ibu yang lagi siap2 senam. wadduh, jadi inget jaman dulu waktu di sd, ikutan lomba senam, dan jadi juara di senayan. masih ada nga ya? skr nama senamnya apa ya? masih skj bukan sih?

hari ini mau full ngetik. ngga boleh ngerjain apa-apa. hari ini fedry sidang, besok jajat, hari jumat dede. aku kapan? huhuhu. insya allah. oh iya, kemarin denger kabar juga ada yang mau nikah tanggal 12 september. si essi, dan melawan iqbal. huhuhu. ngga disangka, tak di nyana, ternyata sama dia tho? wah, ada yang bakal patah hati ya? hahaha.

Irfan Toni H | 8:50 AM |


12.8.03  

skr ada di kampus. huhuhuh, masih belum ada orang di kampus. jadinya aku ke warnet. setelah memberikan "sesuatu" lega rasanya. hehehe. nana ngga tahu kalau aku lagi disana. :) mbak fitri belum datang juga, dan baru jam 09.30. lab juga masih kosong, ada cuma nana dan duduy. aku mau disini sampe siang. setelah itu ke kantor.

semalem air mati lagi. wadduh, jadinya harus ambil air dari masjid. capek juga ya, bawa-bawa air. aku jadi bisa menghargai air. huhuhu. sholihahku lagi bagus banget moodnya. dia dapat banyak hadiah, upeti dari anak lapangan. katanya masih banyak yang belum kasih upeti ke dia. wa, makin banyak dong.

Irfan Toni H | 8:57 AM |


11.8.03  

huhuhu, mau puasa tapi ngga jadi. sebab laper banget disini. akhirnya aku makan juga. ngiler. huhuhuhu, mau wawancara dengan shahnaz, juga ngga jadi. gimana ya? huhuhu. mau ke kampus nih. :)

Irfan Toni H | 10:44 AM |


10.8.03  

wah, seharian di rumah aja. paling keluar buat lihat anak-anak lomba 17-an di kompleks. ngga terlalu rame sih, sebab cuma dikit. jadinya aku jalan dulu aja sama sholihahku. eh, iya lupa belum mbayar fanta. huhuhuhu. lupa kan.

eh iya, ini hari yang menyenangkan banget. pokoke senang deh. maen scrabble juga sama nyokap. huhuhu. kalah mulu.

Irfan Toni H | 11:25 PM |